Senin, 01 Desember 2014

Minul penyanyi dangdut


ia sadar, hidup lebih sering mengantarkan murung
ke wajah anak-anaknya
maka
ia selalu pergi ke lain kampung
untuk naik panggung.

 
kali ini, bajunya lebih ketat dari pelukan suaminya
sebab
orang-orang di kampung sebelah
lebih suka penyanyi dangdut yang seksi,
seperti yang mereka lihat di televisi.


jalan kampung memang buruk baginya
tak ada senyum,
tak ada kesan baik dalam sapa
terangkum

dua puluh meter dari panggung,
ia gemetar.


panggung, baginya, adalah meja perjudian,
di mana ia selalu membawa pulang dua hal:
kekalahan dan kemenangan.


“mari kita sambuuuuut…. minul! penyanyi yang sudah tidak asing lagi!”
ia sudah tidak asing bagi orang lain,
setelah memilih menjadi asing
bagi dirinya.


musik dimulai,
ia naik ke panggung

suaranya serak-serak basah airmata,
rambutnya kibar bendera negara yang sia-sia merdeka,
kakinya gerak waktu yang tak menentu,
belahan dadanya celengan uang sepuluh ribu,
dan pinggulnya yang menggemaskan
tak letih menggoyang iman tuhan.


inspired by :
mbak waginah~

Samarinda 2014


@AzizPart2