Purwokerto.
Empat tahun waktu itu,
aku bertemu dengannya di lampu merah yang biasa aku lewati, setelah aku dan kau menempuh pertengkaran-pertengkaran ringan dan ketidaksepahaman yang selalu berupaya saling memahami.
waria itu dipeluk erat oleh pakaiannya yang berwarna merah muda menyala; nyala yang melawan pekat kehidupan malam; nyala yang membuat segala gelap yang hendak menyergap pulang dengan tangan hampa.
aku membuka kaca helmku, membiarkan ia menghampiriku, berlenggak-lenggok, menggoda, mengerdip manja, bernyanyi dengan nada sumbang tembang-tembang patah hati.
aku jatuh cinta pada tabah tubuhnya yang menerima tamparan-tamparan cambuk kehidupan,
aku jatuh cinta pada kerdip matanya yang menyalakan redup hidup bintang-bintang,
aku jatuh cinta pada kakinya yang melawan serangan kelumpuhan,
aku jatuh cinta pada suaranya yang merdu melagukan harapan yang berkali-kali dipatahkan kenyataan.
aku jatuh cinta pada kerdip matanya yang menyalakan redup hidup bintang-bintang,
aku jatuh cinta pada kakinya yang melawan serangan kelumpuhan,
aku jatuh cinta pada suaranya yang merdu melagukan harapan yang berkali-kali dipatahkan kenyataan.
pikiranku lebih memilih jatuh cinta padanya malam itu, kekasihku, dibanding jatuh cinta pada pertengkaran-pertengkaran dan ketidaksepahaman kita yang selalu berupaya saling memahami.
Samarinda,2014
By : @AzizPart2