Satu hari yang sangat lama dalam hidup, satu jam yang berjalan, seakan mundur, detik per detik.
itulah detak-detak ingatan yang perlahan pulih, karena mendengar gerimis tipis yang mulai jatuh.
ingatan yang selalu pulih saat memasuki awal bulan desember.
gelisah terhadap waktu yang tak bergerak, terjebak oleh hujan.
itulah detak-detak ingatan yang perlahan pulih, karena mendengar gerimis tipis yang mulai jatuh.
ingatan yang selalu pulih saat memasuki awal bulan desember.
gelisah terhadap waktu yang tak bergerak, terjebak oleh hujan.
sakit mulai kambuh, lalu menggerayangi tubuh.
cinta yang abu, meminta jadi batu, menangis bersama hujan bulan desember.
ialah hujan pada bulan itu, yang menyamarkan tiap tetes air mata, yang jatuh karena bahagia.
barangkali, itu adalah cinta, yang tak terjadi, pada bulan-bulan sebelumnya.
hujan bulan desember, jatuh bersama hangat air mata
terlalu dingin, hingga membeku di mata
bersama kata-kata yang yang belum juga menemukan teduhya.
hujan bulan desember, turun sebagai ingatan yang sangat sejuk
membeku di dalam pikiran, bersama luka yang sembuh dengan sendirinya.
terlalu dingin, hingga membeku di mata
bersama kata-kata yang yang belum juga menemukan teduhya.
hujan bulan desember, turun sebagai ingatan yang sangat sejuk
membeku di dalam pikiran, bersama luka yang sembuh dengan sendirinya.
inilah hujan yang paling indah, ketika aku sadar, kehilangan adalah sesuatu yang berharga
untuk hidup, untuk cinta, untuk puisi dan untuk kenangan pada bulan desember.
Samarinda, 2014
By : @AzizPart2